KARAWANG PANGKAL PERJUANGAN

Kabupaten Karawang

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Karawang beralih ke halaman ini. Untuk kota yang bernama sama, lihat Karawang (kota). Untuk kegunaan lain, lihat Karawang (disambiguasi).
Kabupaten Karawang

Lambang Kabupaten Karawang
Moto: INTERASIH ( Indah Tertib Aman Bersih )
Locator kabupaten karawang.png
Peta lokasi Kabupaten Karawang
Koordinat: 107º02`–107º40` BT, 5º56`–6º34` LS
Provinsi Jawa Barat
Tanggal 10 rabi’ul awal tahun 1043 H, atau bertepatan dengan tanggal 14 September 1633 M
Ibu kota Kota Karawang
Pemerintahan
 - Bupati Ade Swara
 - Wakil Bupati Dr. Cellica Nurrachdiana
 - DAU Rp. 1.134.530.200.000.-(2013)[1]
Luas 1.737,30 km2
Populasi
 - Total 2.073.356 jiwa (2007)[2]
 - Kepadatan 1.193,44 jiwa/km2
Demografi
 - Bahasa Sunda, Indonesia (sebagian kecamatan di Kab. Karawang), Jawa (dialek Cilamaya)
 - Kode area telepon 0267, 0264 (Khusus Wilayah Eks-Kawedanan Cikampek)
Pembagian administratif
 - Kecamatan 30
 - Kelurahan 309
 - Flora resmi Jambu Air Cincalo
 - Fauna resmi Ayam Ciparage
 - Situs web www.karawangkab.go.id
Kabupaten Karawang adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Ibukotanya adalah Karawang. Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Bekasi dan Kabupaten Bogor di barat, Laut Jawa di utara, Kabupaten Subang di timur, Kabupaten Purwakarta di tenggara, serta Kabupaten Cianjur di selatan ini memiliki luas wilayah 1.737,53 km2, dengan jumlah penduduk 2.125.234 jiwa (sensus 2010) yang berarti berkepadatan 1.223 jiwa per km2.[3]

Toponomi dan sejarah

Toponimi

Kata karawang muncul pada Naskah Bujangga Manik dari akhir abad ke-15 atau awal abad ke-16. Bujangga Manik menuliskan sebagai berikut:
leteng karang ti Karawang,
leteng susuh ti Malayu,
pamuat aki puhawang.
Dipinangan pinang tiwi,
pinang tiwi ngubu cai,
Dalam bahasa Sunda, karawang mempunyai arti "penuh dengan lubang". Bisa jadi pada daerah Karawang zaman dulu banyak ditemui lubang.
Cornelis de Houtman, orang Belanda pertama yang menginjakkan kakinya di pulau Jawa, pada tahun 1596 menuliskan adanya suatu tempat yang bernama Karawang sebagai berikut:
Di tengah jalan antara Pamanukan dan Jayakarta, pada sebuah tanjung terletak Karawang.[4]
Meskipun ada sumber sejarah primer yaitu Naskah Bujangga Manik dan catatan dari Cornelis de Houtman yang menyebutkan kata Karawang, sebagian orang menyebutnya Kerawang adapula yang menyebut Krawang seperti yang ditulis dalam buku Miracle sight West Java[butuh rujukan] yang diterbitkan oleh Provinsi Jawa Barat.
R. Tjetjep Soepriadi dalam buku Sejarah Karawang[butuh rujukan] berspekulasi tentang asal-muasal kata karawang, pertama kemungkinan berasal dari kata karawaan yang mengandung arti bahwa daerah ini terdapat "banyak rawa", dibuktikan dengan banyaknya daerah yang menggunakan kata rawa di depannya seperti, Rawa Gabus, Rawa Monyet, Rawa Merta dan lain-lain; selain itu berasal dari kata kera dan uang yang mengandung arti bahwa daerah ini dulunya merupakan habitat binatang sejenis monyet yang kemudian berubah menjadi kota yang menghasilkan uang; serta istilah serapan yang berasal dari bahasa Belanda seperti caravan dan lainnya.

Pemukiman awal

Wilayah Karawang sudah sejak lama dihuni manusia. Peninggalan Situs Batujaya dan Situs Cibuaya yang luas menunjukkan pemukiman pada awal masa moderen yang mungkin mendahului masa Kerajaan Tarumanagara. Penduduk Karawang semula beragama Hindu dan Budha dan wilayah ini berada di bawah kekuasaan Kerajaan Sunda.
Setelah Kerajaan Sunda runtuh maka Karawang terbagi dua. Menurut Carita Sajarah Banten, Sunan Gunung Jati membagi Karawang menjadi dua bagian; sebelah timur masuk wilayah Cirebon dan sebelah barat menjadi wilayah Kesultanan Banten.[5] Agama Islam mulai dipeluk masyarakat setempat, pada masa Kerajaan Sunda, setelah seorang patron bernama Syekh Hasanudin bin Yusuf Idofi, konon dari Makkah, yang terkenal dengan sebutan "Syekh Quro", memberikan ajaran; yang kemudian dilanjutkan oleh murid-murid Wali Songo. Makam Syeikh Quro terletak di Pulobata, Kecamatan Lemahabang, Karawang.

Pemerintahan mandiri

Sebagai suatu daerah berpemerintahan sendiri tampaknya dimulai semenjak Karawang diduduki oleh Kesultanan Mataram, di bawah pimpinan Wiraperbangsa dari Sumedang Larang tahun 1632. Kesuksesannya menempatkannya sebagai wedana pertama dengan gelar Adipati Kertabumi III. Semenjak masa ini, sistem pertanian melalui pengairan irigasi mulai dikembangkan di Karawang dan perlahan-lahan daerah ini menjadi daerah pusat penghasil beras utama di Pulau Jawa hingga akhir abad ke-20.
Selanjutnya, Karawang menjadi kabupaten dengan bupati pertama Raden Adipati Singaperbangsa bergelar Kertabumi IV yang dilantik 14 September 1633. Tanggal ini dinobatkan menjadi hari jadi Kabupaten Karawang. Selanjutnya, bupatinya berturut-turut adalah R. Anom Wirasuta 1677-1721, R. Jayanegara (gelar R.A Panatayuda II) 1721-1731, R. Martanegara (R. Singanagara dengan gelar R. A Panatayuda III) 1731-1752, R. Mohamad Soleh (gelar R. A Panatayuda IV) 1752-1786. Pada rentang ini terjadi peralihan penguasa dari Mataram kepada VOC (Belanda).

Menjelang kemerdekaan

Pada masa menjelang Kemerdekaan Indonesia, Kabupaten Karawang menyimpan banyak catatan sejarah. Rengasdengklok merupakan tempat disembunyikannya Soekarno dan Hatta oleh para pemuda Indonesia untuk secepatnya merumuskan naskah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 16 Agustus 1945.
Kabupaten Karawang juga menjadi inspirasi sastrawan Chairil Anwar menulis karya Antara Karawang-Bekasi karena peristiwa pertempuran di daerah sewaktu pasukan dari Divisi Siliwangi harus meninggalkan Bekasi menuju Karawang yang masih menjadi daerah kekuasaan Republik.
Kecamatan Rengasdengklok adalah daerah pertama milik Republik Indonesia yang gagah berani mengibarkan bendera Merah Putih sebelum Proklamasi kemerdekaan Indonesia di Gaungkan.[butuh rujukan] Oleh karena itu selain dikenal dengan sebutan Lumbung Padi Karawang juga sering disebut sebagai Kota Pangkal Perjuangan. Di Rengasdengklok didirikan sebuah monumen yang dibangun oleh masyarakat sekitar, kemudian pada masa pemerintahan Megawati didirikan Tugu Kebulatan Tekad untuk mengenang sejarah Republik Indonesia.

Geologi

Wilayah Kabupaten Karawang sebagian besar dataran pantai yang luas, terhampar di bagian pantai Utara dan merupakan endapan batuan sedimen yang dibentuk oleh bahan–bahan lepas terutama endapan laut dan aluvium vulkanik. Sedangkan di bagian tengah kawasan perbukitan yang sebagian besar terbentuk oleh batuan sedimen, sedang di bagian Selatan terdapat Gunung Sanggabuana dengan ketinggian ± 1.291 m diatas permukaan laut.

Topografi

Sebagian besar wilayah Kabupaten Karawang adalah dataran rendah, dan di sebagian kecil di wilayah selatan berupa dataran tinggi.

Iklim

Sesuai dengan bentuk morfologinya Kabupaten Karawang terdiri dari dataran rendah yang mempunyai temperatur udara rata-rata 270C dengan tekanan udara rata-rata 0,01 milibar, penyinaran matahari 66 persen dan kelembaban nisbi 80 persen. Curah hujan tahunan berkisar antara 1.100 – 3.200 mm/tahun. Pada bulan Januari sampai April bertiup angin Muson Laut dan sekitar bulan Juni bertiup angin Muson Tenggara. Kecepatan angin antara 30 – 35 km/jam, lamanya tiupan rata-rata 5 – 7 jam.

Hidrografi

Kabupaten Karawang dilalui oleh aliran sungai yang melandai ke arah utara: Cibe'et yang mengalir dari selatan karawang menuju sungai citarum yang juga menjadi batas antara Kabupaten Karawang dan Bekasi,Citarum, yang merupakan pemisah Kabupaten Karawang dari Kabupaten Bekasi, dan Cilamaya, yang merupakan batas wilayah dengan Kabupaten Subang. Selain sungai, terdapat juga tiga buah saluran irigasi yang besar yaitu Saluran Induk Tarum Utara, Saluran Induk Tarum Tengah dan Saluran Induk Tarum Barat yang dimanfaatkan untuk pengairan sawah, tambak, dan pembangkit tenaga listrik.

Curah hujan

Curah hujan di suatu tempat dipengaruhi oleh keadaan iklim, keadaan orografi dan perputaran/ pertemuan arus udara. Oleh karena itu, jumlah curah hujan sangat beragam menurut bulan. Catatan rata-rata curah hujan di Kabupaten Karawang selama tahun 2005 mencapai 2.534 mm dengan rata-rata curah hujan per bulan sebesar 127 mm, lebih tinggi jika dibandingkan dengan rata-rata curah hujan pada tahun 2004 yang mencapai 1.677 mm dengan rata-rata curah hujan per bulannya mencapai 104 mm. Kadang suka pindah ke wilayah Kabupaten Bekasi awannya biar Jakarta hujan deras.
Pada tahun 2005 rata-rata curah hujan tertinggi terjadi di Kecamatan Tegalwaru yaitu mencapai 318 mm per bulan, dan yang terendah terjadi di Kecamatan Talagasari yaitu hanya 51 mm.

Demografi

Penduduk umumnya adalah suku Sunda yang menggunakan Bahasa Sunda. Di daerah utara Kabupaten Karawang, seperti di Kecamatan Batujaya dan Kecamatan Pakisjaya, Kecamatan Tempuran Kecamatan Cilamaya, mereka menggunakan Bahasa Sunda Kasar, beberapa kosakata yang mereka gunakan adalah 'aing' (bhs. Sunda standar kuring/abdi), 'nyanéh' (bhs. Sunda standar manéh/anjeun), nyanéhna (bhs. Sunda standar manéhna/anjeunna), nyaranéhna (bhs. Sunda standar maranéhna/aranjeunna), manyaho (bhs. Sunda standar nyaho/terang). Tetapi di daerah selatan Kabupaten Karawang, mereka menggunakan bahasa Sunda standar.
Penduduk Kabupaten Karawang mempunyai mata pencaharian yang beragam, tetapi di sejumlah kecamatan, mayoritas masyarakatnya bekerja sebagai petani atau pembajak sawah karena Kabupaten Karawang adalah daerah penghasil padi.
Penduduk menurut jenis kelamin
Tahun/
Jenis Kelamin
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008
Laki-laki - 916.554 935.634 972.174 968.511 985.727 - - -
Perempuan - 872.971 927.205 931.337 965.761 985.736 - - -
Total - 1.799.525 1.862.839 1.903.511 1.934.272 1.971.463 - - -
Sumber: Buku DDA: BPS Kabupaten Karawang[6]
Jumlah penduduk, rumah tangga, dan rata-rata penduduk per rumah tangga
Tahun/
Rincian
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008
Penduduk - - - - 1.934.272 1.971.463 - - -
Rumahtangga - - - - 475.251 490.414 - - -
Penduduk/Rumahtangga - - - - 4,07 4,02 - - -
Sumber: Buku DDA: BPS Kabupaten Karawang[7]

Pemerintahan

Kabupaten Karawang terdiri atas 30 kecamatan, yang dibagi lagi atas 197 desa dan 12 kelurahan. Pusat pemerintahan di Kecamatan Karawang Timur, tepatnya di kelurahan Karawang Wetan.

Potensi

Kabupaten Karawang merupakan lokasi dari beberapa kawasan industri, antara lain Karawang International Industry City KIIC, Kawasan Surya Cipta, Kawasan Bukit Indah City atau BIC di jalur Cikampek (Karawang). Salah satu industri strategis milik negara juga memiliki fasilitasnya di deretan kawasan industri tersebut, yaitu Perusahaan Umum Percetakan Uang Republik Indonesia (http://www.peruri.co.id/) yang mencetak uang kertas, uang logam, maupun dokumen-dokumen berharga seperti paspor, pita cukai, materai dan lain sebagainya.
Di bidang pertanian, Karawang terkenal sebagai lumbung padi Jawa Barat.

Stasiun radio

  • Suara Kita 88,2 MHz jangkauan Karawang, Bekasi, Subang, sebagian Jakarta dan Bogor

Pemekaran daerah

Karawang merupakan ibukota Kabupaten Karawang yang direncanakan akan dimekarkan dari Kabupaten Karawang yang terdiri dari 4 kecamatan, yakni kecamatan Karawang Barat, kecamatan Karawang Timur, kecamatan Telukjambe Timur dan kecamatan Telukjambe Barat dan nantinya ibukota Kabupaten Karawang akan dipindahkan ke Cikampek.[8]
Namun jika Cikampek juga dimekarkan menjadi kota juga seperti Karawang, maka ibukota Kabupaten Karawang akan dipindahkan ke kecamatan Talagasari karena selain terletak ditengah - tengah Kabupaten Karawang, juga dekat dengan Pelabuhan Cilamaya yang akan dibangun dan akan menjadi pusat perekonomian yang baru.[9]

Fauna Identitas

Ayam Ciparage adalah ayam khas asli dari Kabupaten Karawang yang merupakan ayam laga legendaris, Karena ayam ini memiliki gaya bertarung yang cepat seperti ayam Birma. Pukulan tajinya akurat dan bertubi-tubi mengarah ke kepala dan leher lawan. Gaya bertarung seperti ini sangat "mematikan" bagi lawan yang ukuran tubuhnya sama. Bahkan, ayam Ciparage seringkali mampu mengalahkan lawan yang lebih besar. Ayam Ciparage adalah varietas ayam petarung lokal terbaik asli Indonesia. Ayam ini berasal dari kampung Ciparage, Desa Cilamaya, Kabupaten Karawang Provinsi Jawa Barat. Konon ayam Ciparage adalah keturunan dari ayam milik adipati Singaperbangsa yang melegenda.

Transportasi

Ibukota kabupaten Karawang berada di jalur pantura. Kabupaten Karawang dilintasi ruas jalan tol Jakarta-Cikampek(Karawang) serta Cipularang (Cikampek(Karawang)-Purwakarta-Padalarang). Cikampek merupakan kecamatan yang berada di bagian timur Kabupaten Karawang. Di Cikampek terdapat stasiun kereta api yang merupakan pertemuan dua jalur utama dari Bandung dan dari Cirebon menuju Jakarta.
Angkutan Bus dari Jakarta-Karawang dengan tarif Rp.5000 sekali jalan

Olahraga

Referensi

  1. ^ "Perpres No. 10 Tahun 2013". 2013-02-04. Diakses 2013-02-15.
  2. ^ Penduduk Kabupaten Karawang tahun 2007 menurut BPS Provinsi Jawa Barat
  3. ^ Gatra
  4. ^ Sumber-sumber Asli Sejarah Jakarta Jilid II, Adolf Heuken SJ, Cipta Loka Caraka, Jakarta, 2000
  5. ^ Perang, Dagang, Persahabatan: Surat-surat Sultan Banten, Titik Pudjiastuti, Buku Obor, Jakarta, 2007
  6. ^ Buku DDA: BPS Kabupaten Karawang
  7. ^ Buku DDA: BPS Kabupaten Karawang
  8. ^ Wacana Pemekaran Kabupaten Karawang Kembali Santer pikiran-rakyat.com
  9. ^ Cikampek Layak Pisahkan Diri Dari Karawang inilah.com

0 komentar:

makanan khas karawang

Kamis, 16 Desember 2010


kuliner khas kota karawang

Opak Ketan Rawagede
Opak ketan Rawagede bentuknya kecil-kecil, sangat berbeda sekali dengan Opak Ketan buatan Cibuaya yang besar-besar. Jadi hanya 2 kali gigit langsung habis. Kelebihannya adalah pada rasanya yang renyah dan gurih

Ikan Gabus Bumbu Pucung
Desa Panyingkiran Rawamerta terdampar di sebuah warung kecil dipinggiran irigasi, tepatnya di Pertigaan Panyingkiran-Rengasdengklok-Lemahabang Wadas. Menu khas kali ini adalah Sayur Ikan Gabus Bumbu Pucung. Menu khas yang mengandung protein tinggi ini sebenarnya masakan khas Betawi yang disebut “Gabus Pucung” yaitu Ikan Gabus yang dimasak dengan pucung/keluwak (mirip dengan masakan Rawon).
Kue Gonjing, Lezat dan Murah Meriah
Gonjing merupakan makanan tradisional yang terbuat dari tepung beras dan kelapa. Lezat dimakan selagi hangat dengan ditaburi gula putih atau enak juga dengan saos. Yang pasti jajanan khas nusantara ini dari segi rasa tidak kalah dengan jajanan modern seperti donat. Bahan alami yang dipakai tanpa bahan pengawet membuat kesehatannya terjaga. Makanan ini, di Karawang disebut Gonjing, Kue Pancong di Jakarta dan di Medan, sedangkan di Bandung dikenal dengan nama Bandros. Biasanya Gonjing dijual secara berkeliling.
Pecel Lele Modern di Karawang
ada satu jenis pecel lele yang berbeda. Pecel Lele Lela namanya. Apakah ada yang pernah mencobanya? Atau minimal mendengarnya? Pecel lele ini dibawa ke dalam konsep restoran atau kafe.

Sorabi Hijau Khas Rengasdengklok
Dengan bahan pendukungnya berupa Daun Suji, sorabi ini telah terkenal sebagai makanan khas dari Rengasdengklok Karawang
Kolak dan Sekoteng Khas Ramadhan
Kolak atau Kolek dan Sekoteng adalah makanan yang identik dengan bulan puasa atau ramadhan. Begitupun di Karawang, kolak terutama kolak pisang dan sekoteng dengan mudah dapat dijumpai di berbagai pelosok baik yang dijajakan diwarung-warung maupun yang dijual keliling. Terutama menjelang buka puasa, warga biasanya sudah mendapatkan jatah kolak atau sekotengnya setelah menebusnya dengan harga yang relatif tidak mahal. Bahkan banyak juga yang membuatnya sendiri.

Rujak Huni yang Cihahhh…
Huni atau Buni yang bahasa latinnya disebut Antidesma Bunius (L) Spreng adalah buah yang dapat dimakan langsung atau yang paling enak adalah dirujak. Di Karawang sendiri Pohon Huni sudah jarang ditemukan, kalaupun ada itu pun terletak dikampung atau kebun warga. Maka, ketika pohon ini berbuah maka sangat disayangkan kalau tidak menyantapnya sebagai rujak.
Sensasi Berbeda Dari Nasi Merah
Nasi merah merupakan salah satu kuliner tradisional yang sehat nan lezat. Nasi merah ini dibuat dari beras merah yang ditanak. Mengenai rasanya, nasi merah ini tidak hanya berbeda warnanya dengan nasi putih, namun juga berbeda tentunya dari rasa dan aromanya

0 komentar:

jenis dan macam seni kabupaten karawang


1. Jaipongan


Salah satu tari sunda yang terkenal adalah Tari Jaipong yang merupakan tarian memadukan hampir seluruh gerakan tubuh (tangan, kaki, kepala, pinggul,dlsb) gerakannya sangat mobile dan dinamis (agresif) menunjukan semangat dan gesitnya urang Sunda dalam melalui hidupnya. Diawali dari Pencak Silat dan kemudian dikembangkan menjadi Jaipong.

2.  Odong-Odong

Odong-odong atau Sisingaan tetap menjadi pilihan kebanyakan Warga Karawang sebagai hiburan untuk meramaikan pesta khitanan atau sunatan putranya. Seperti yang dilakukan Warga Desa Karyamukti, Kec Lemahabang pada hari Rabu 12 Agustus kemarin (liat pada foto). Sang pengantin sunat diarak keliling kampung. Selain untuk memberikan hadiah bagi Sang Putra yang disunat, sekaligus juga untuk memberitahukan kepada warga lainnya bahwa anaknya tersebut sudah disunat. Di Karawang sendiri tersebar beberapa Grup Kesenian Odong-Odong, terutama di daerah Cilamaya Kulon dan Lemahabang. Odong-odong atau Sisingaan sendiri merupakan kesenian khas Jawa Barat asal Subang.
3.  Tanjidor

Seni Tanjidor yang merupakan salah satu kesenian khas Kabupaten Karawang, Jawa Barat, terancam punah, karena generasi muda kurang meminati kesenian tradisional itu, terlebih usia para pegiatnya terbilang tua.
seni Tanjidor sudah ada di Karawang sejak tahun 1945 dan mengalami kejayaan atau populer pada tahun 1970-an. Kemudian, satu per satu grup seni Tanjidor di Karawang menghilang. Hingga kini, grup seni Tanjidor itu hanya satu grup, yakni di Rengasdengklok.
4. Engrang

Egrang adalah permainan tradisional Indonesia yang belum diketahui secara pasti dari mana asalnya, tetapi dapat dijumpai di berbagai daerah dengan nama berbeda-beda seperti : sebagian wilayah Sumatera Barat dengan nama Tengkak-tengkak dari kata Tengkak (pincang), Ingkau yang dalam bahasa Bengkulu berarti sepatu bambu dan di Jawa Tengah dengan nama Jangkungan yang berasal dari nama burung berkaki panjang. Egrang sendiri berasal dari bahasa Lampung yang berarti terompah pancung yang terbuat dari bambu bulat panjang. Dalam bahasa Banjar di Kalimantan Selatan disebut batungkau. Egrang terbuat dari batang bambu dengan panjang kurang lebih 2,5 meter. Sekitar 50cm dari bawah, dibuat tempat berpijak kaki yang rata dengan lebar kurang lebih 20cm. Cara memainkannya adalah dengan berlomba berjalan menggunakan egrang tersebut dari satu sisi lapangan ke sisi lainnya. Orang yang paling cepat dan tidak terjatuh dialah pemenangnya.
5. Topeng Banjet

Hasil penelitian, Topeng Banjet Bang Pendul memiliki peranan sebagai media upacara, hiburan dan tontonan sekaligus objek pelengkapan hasil kolektif masyarakat dengan segenap latar belakang kehidupannya. Topeng Banjet Bang Pendul masih memegang adapt kebiasaanya Kehadirannya dapat dijadikan sebagai pembawa berkah, menghindari malapetaka, bahkan sebagai media terapi. Topeng Banjet Bang Pendul berdasarkan fungsinya sebagai sarana upacara, sarana hiburan dan tontonan. Hal ini dapat dilakukan baik secara individual maupun komunal. Sistem pengelolaan Topeng Banjet Bang Pendul di Kecamatan Tempuran Karawang pada dasarnya mengacu pada tahapan manajemen pertunjukkan seni. Hal ini ditimbulkan dengan adanya tahapan prapenyelenggaraan, penyelengaraan dan kegiatan akhir penyelenggraan Topeng Banjet Bang Pendul. Dalam hal ini Topeng Banjet Bang Pendul dapat dikatakan suatu proses kegiatan manajemen.
6. Wayang Golek

Seni Wayang Golek adalah bentuk pertunjukan boneka kayu dengan ukiran berkarakter Sunda. Pertunjukan ini biasanya dilakukan malam hari mulai pukul 22.00 hingga dini hari atau sekitar pukul 04.00, mengambil cerita dari evos Ramayana karya Valmiki atau Mahabrata karya Vyasa. Kesenian ini kerap dipergelarkan dalam rangka perayaan khitanan atau perkawinan. Pada perkembangannya, pertunjukan wayang golek ini pun kerap dipentaskan untuk event peresmian sebuah gedung atau institusi atau dalam event ulang tahun sebuah institusi.
7. kecapi biola

Seni ini terdiri atas kecapi salendro, rebab, kendang, serta goong. Instrumen ini dibutuhkan untuk mengiringi seorang juru kawih; kadang-kadang dalam pertunjukannya cukup hanya sebuah pertunjukan instrumentalia saja

0 komentar:

karawang pariwisata

Tempat Wisata di Karawang

Di bawah ini adalah catatan tempat wisata di Karawang berisi nama dan lokasi tempat wisata, tempat menarik, obyek wisata, dan tempat lainnya di Karawang. Peta Wisata Karawang dari Google dengan penanda yang ditambahkan oleh The Aroengbinang Project akan ditambahkan kemudian ketika data telah tersedia.
Semasa revolusi kemerdekaan, Karawang tercatat dalam sejarah dengan disembunyikannya Soekarno dan Hatta pada tanggal 16 Agustus 1945 oleh para pemuda Indonesia di Rengasdengklok untuk secepatnya merumuskan naskah Proklamasi Kemerdekaan.
Untuk membantu pejalan mengatur rute perjalanan ketika berkunjung ke tempat-tempat wisata yang ada di Karawang, telah dibuat Peta Wisata Karawang dengan panduan arah, dan daftar seluruh marker ada di bawah peta untuk memudahkan pencarian.

Tempat wisata di Karawang

Tempat-tempat wisata di Karawang cukup beragam. Mulai dari peninggalan sejarah berupa candi dari abad ke-5, monumen terkait revolusi kemerdekaan RI, pantai, danau, dan curug yang beberapa diantaranya masih sangat jarang dikunjungi. Berikut adalah daftar tempat wisata Karawang.

Tempat Wisata di Karawang untuk Heritage

Bendungan Parisdo / Walahar »
Situs Candi Blandongan »
Situs Candi Jiwa »
Situs Cibuaya »
Situs Kuta Tandingan Karawang »

Tempat Wisata di Karawang untuk Alam dan Petualangan

Curug Bandung »
Curug Cigentis »
Curug Cikarapyak »
Curug Cikoleangkak »
Curug Cipanundaan »
Curug Santri »
Danau Cipule »
Danau Kalimati »

Tempat Ibadah Bersejarah di Karawang

Kelenteng Sian Jin Ku Po »
Masjid Agung Karawang »

Makam Bersejarah di Karawang

Makam Para Bupati Karawang »
Makam Syekh Quro »

Tempat Wisata di Karawang untuk Museum dan Monumen

Monumen Kebulatan Tekad Rengasdengklok »
Monumen Rawagede »
Museum Purbakala, Desa Segaran, Kecamatan Batujaya

Tempat Wisata Pantai dan Situ di Karawang

Pantai Pisangan »
Pantai Samudera Baru »
Pantai Tanjung Baru »
Pantai Tanjung Pakis »
Situ Gempol »
Situ Kamojing »

0 komentar: